Perwatakan Tokoh Wayang Semar sebagai Persamaan
Watak Pribadi
Sumber : http://wayangin.blogspot.co.id/2016/02/tokoh-wayang-dan-wataknya_6.html
Latar Belakang Wayang :
Dalam naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa
kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang
Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka
takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang
kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal
kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama
Semar.
Dalam naskah Paramayoga dikisahkan, Sanghyang
Tunggal adalah anak dari Sanghyang Wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah
dengan Dewi Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut.
Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah
menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang
berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah
diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun
diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu
Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat
tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara
Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau
disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi
Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya
dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti,
bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari
Ismaya.
Dalam naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang
Tunggal memiliki empat orang putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung,
Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta
kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa
iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut
diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya
tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog sedangkan
Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan
Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat
pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar
Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.
Dalam naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang
Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari
perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan
perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu
cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi
laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari
putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi
nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena
masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan
perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan
sekali telan namun justru mengalami kecelakaan.
Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya
menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi
sedikit. Setelah melewati bebarpa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke
dalam tubuh Ismaya, namun tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu
Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal murka mengetahui ambisi dan
keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi pengasuh keturunan
Manikmaya, yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan, bergelar Batara Guru.
Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog dan
Semar.
Keunikan dan Ke-Khas-an
Wayang Petruk :
Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik,
seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat
merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.
Semar selalu tersenyum, tetapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol
suka dan duka.
Wajahnya tua tetapi potongan rambutnya bergaya
kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin
laki-laki, tetapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan
wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol
atasan dan bawahan.
Sikap dan Sifat yang mencerminkan saya :
·
Rendah Hati
Semar merupakan salah
satu tokoh wayang yang memiliki sifat seperti saya. Walau terlihat biasa saja
tdan tidak perduli terhadap lingkungan sekitar, saya merasa bahwa saya adalah
orang rendah hati dan apa adanya.
·
Mengasihi Sesama
Mengasihi sesame yang
dimiliki oleh Semar menjadikans aya sadar bahwa saya memiliki sifat yang sama.
Salah satu contohnya yaitu tetap merangkul teman yang sedang kesusahan. Hal
tersebut saya lakukan kepada semua teman terdekat saya.
·
Raut Wajah Terlihat Manis
Sama hal nya dengan
Semar, saya selalu memiliki wajah yang tenang dalam mengahdapi persoalan
apapun. Hal ini tergambar jelas setiap saat kapanpun teman saya bertemu dengan
saya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar